Pada Awal Berdiri Hanya Beranggota Tiga Orang
DARI kejauhan, terdengar bunyi knalpot sepeda motor digeber. Suaranya yang bersahut-sahutan, membuat orang menyangka ada sekelompok anak muda tengah beradu kecepatan sepeda motor yang dikendarainya.
Sangkaan seperti itu akan sirna, manakala tempat sumber suara tersebut didekati. Sore itu, sekelompok anak muda ternyata tengah berlatih kepiawaian mengendarai sepeda motor trail di medan yang tidak lazim.
Dikatakan tidak lazim, lantaran medan yang mereka jadikan tempat latihan itu adalah lahan kosong yang dipenuhi gundukan tanah. Namun meski tergolong berat, anak-anak muda tersebut terlihat enjoy "menaklukkan" medan tersebut.
Sesekali gas digeber lebih keras, ketika sepeda motor akan melompat. Wajah takjub dan tempuk tangan penonton pun terdengar bersahutan, saat roda sepeda motor menyentuh tanah dengan posisi tegak. "Ulangi sekali lagi, Mas," ujar Farid, salah seorang penonton.
Begitulah, aktivitas keseharian anggota Trail Adventure Cepu (TRAC). Setiap sore, lima hingga sepuluh anggota klub automotif yang baru berdiri 5 Desember 2004 itu berlatih bersama untuk meningkatkan keterampilan mengendarai sepeda motor jenis trail.
Dengan menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi di bengkel salah seorang anggota TRAC, mereka melahap menu latihan dengan baik.
"Kecuali Minggu, setiap sore kami latihan di tempat ini," tandas Teguh, koordinator TRAC, kemarin.
Dipilihnya tempat latihan di Yard Pertamina, Mentul Cepu, selain relatif jauh dari pemukiman penduduk, tempat itu juga dinilai cukup memadai untuk mengasah keterampilan. Gundukan tanah, sebanding dengan tanah lapang yang diperlukan ketika start sepeda motor.
Disambut Antusias
Dia menceritakan, TRAC lahir ketika dia pulang dari Yogyakarta. Didasari pemikiran keterampilan mengendarai sepeda motor yang diperolehnya dari salah seorang pembalap kenamaan di Yogyakarta, yakni Setyo Sunarso, harus tetap dikembangkan, dia memutuskan untuk mengajak salah seorang teman sekaligus kerabatnya, yakni Antok, mendirikan klub automotif.
Ajakan tersebut disambut dengan antusias. Antok kemudian mengajak temannya yang lain, yakni Guntur, masuk dalam klub yang dinamai TRAC tersebut.
"Pada awal berdiri, klub itu hanya beranggotakan tiga orang. Lama kelamaan, anggotanya bertambah banyak, hingga sekarang mencapai 24 orang," ujar Teguh.
Sadar tidak semua anggota klub memiliki sepeda motor trail dan keterampilan mengendarai yang sama, maka setiap sore anggota klub itu berlatih bersama. Dalam latihan itu, menurut Antok, tidak ada anggota klub yang merasa dirinya mahir mengendarai sepeda motor.
"Semuanya saling mengisi satu sama lain," katanya.
Dia mengatakan, bagi anggota klub yang berkeinginan memodifikasi sepeda motor hingga menjadi sepeda motor trail, disediakan pula bengkel modifikasi di daerah Ngareng, Cepu.
Menurut dia, dengan modal Rp 3 juta, sepeda motor tersebut dimodifikasi menjadi sepeda motor trail standar.
"Semua suku cadangnya tersedia. Kalau untuk trail standar, ban yang digunakan adalah produksi dalam negeri," ujarnya.
Menurut Antok, jika sepeda motor ingin dimodikasi lebih bagus lagi, maka biaya yang diperlukan minimal Rp 4,5 juta.
"Bergantung keinginan. Makin bagus, maka makin banyak biaya yang dihabiskan," katanya.
Guntur menambahkan, latihan rutin yang dilakukan selain untuk meningkatkan keterampilan, bertujuan pula mempersiapkan diri untuk mengikuti touring di kota lain dan mengikuti kejuaraan. Menurutnya, meski belum genap berusia satu tahun, beberapa anggota klub itu sudah menorehkan prestasi yang patut dibanggakan.
"Saat ada kejuaran tingkat Jateng di hutan Kota Randublatung, anggota klub kami ada yang menjadi juara satu, dua, dan tiga," ujarnya. (Abdul Muiz-17a)
sumber : www.suaramerdeka.com
TRAC, Klub Motor Trail di Cepu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment